Gambar: Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un terlihat mengikuti konvoi mobil di Pyongyang. (Pyeongyang Press Corps/Pool via REUTERS)
Ateisme adalah suatu pandangan yang menolak konsep dan keyakinan terhadap Tuhan. Orang yang mengikuti paham ateisme disebut ateis. Namun, pernahkah Anda mendengar mengenai suatu negara yang menganut paham ateis?
Korea Utara adalah negara yang melarang warganya untuk menganut agama apa pun. Kebijakan ini secara efektif membuat seluruh penduduk Korea Utara dianggap ateis, walaupun beberapa warga mungkin secara diam-diam masih melaksanakan praktik keagamaan. Jika ketahuan, mereka bisa menghadapi ancaman penjara atau bahkan hukuman mati.
Kang Jimin, seorang pembelot asal Korea Utara yang diwawancara oleh The Independent, mengungkapkan bahwa ketika tinggal di ibu kota, Pyeongyang, dia sama sekali tidak menyadari adanya perayaan Natal.
"Natal memperingati kelahiran Yesus Kristus, tetapi di Korea Utara yang jelas merupakan negara komunis, orang-orang tidak memiliki pengetahuan mengenai siapa Yesus Kristus. Mereka tidak mengenal siapa Tuhan, karena keluarga Kim dianggap sebagai Tuhan mereka," ungkap Jimin.
Keanehan terlihat ketika pohon Natal yang dihiasi dengan berbagai pernak-pernik dan lampu dapat ditemukan di Pyongyang sepanjang tahun. Namun, warga tidak menyadari hubungan perayaan tersebut dengan hari raya umat Kristiani.
Walaupun demikian, sejarah mencatat bahwa Korea Utara pernah menjadi negara dengan mayoritas penganut agama Kristen sebelum pecahnya Perang Korea. Bahkan, banyak pendeta yang berasal dari wilayah utara Korea.
"Sekitar enam puluh tahun yang lalu, Korea Utara sangat dipengaruhi oleh agama Kristen. Beberapa orang bahkan menyebutnya sebagai 'Jerusalem di Timur'," tambah Jimin.
Hingga saat ini, dia tetap meyakini bahwa di Korea Utara masih terdapat warga yang secara diam-diam menganut ajaran Kristen, walaupun mereka harus bersiap menghadapi konsekuensi berat jika terungkap.
"Tidak mungkin mengungkapkan keyakinan Kristen Anda. Jika Anda melakukannya, Anda akan dibawa ke kamp penjara," ujarnya. "Saya mendengar tentang sebuah keluarga yang memiliki keyakinan kepada Tuhan, dan polisi menangkap mereka. Semua anggota keluarga itu sekarang telah meninggal - termasuk anak-anak yang berusia 10 tahun dan 7 tahun."
"Teman saya bekerja di lembaga keamanan negara, dan dia memberi tahu saya bahwa mereka menangkap keluarga Kristen yang berusaha mengajak orang berpindah agama," tambahnya.
Perlu dicatat bahwa di Korea Utara, terdapat beberapa gereja Kristen yang mendapat dukungan dan kendali dari negara, meskipun bentuknya sangat berbeda dengan gereja pada umumnya. Pusat Database Hak Asasi Manusia Korea Utara (NKDB) memperkirakan adanya 121 fasilitas keagamaan di negara tersebut, termasuk 64 kuil Buddha, 52 kuil Cheondoist, dan lima gereja Kristen yang dikelola oleh pemerintah.
Kang menjelaskan bahwa gereja-gereja ini tidak dapat dikunjungi oleh warga biasa. Sebagai gantinya, gereja-gereja di Korea Utara hanya digunakan sebagai objek kunjungan bagi wisatawan, bukan sebagai tempat ibadah.
"Jika ada orang yang bertanya, 'Apakah di sini ada gereja?', mereka dapat menjawab, 'Tentu, kami memiliki gereja, kami memiliki segalanya karena kami adalah negara yang bebas', dan kemudian mereka akan diarahkan untuk mengunjungi tempat tersebut sebagai bagian dari tur